Dishidrosis Dermatitis

Kamis, 14 Oktober 2010

|

Dermatitis dishidrosis merupakan dermatitis vesikular palmoplantar yang bersifat rekuren atau kronik, di mana etiologinya belum diketahui secara pasti. Dermatitis dishidrosis disebut juga pompholyx, yang diambil dari istilah Yunani ‘cheiropompholyx’ yang artinya ‘tangan dan gelembung’. Etiologi dermatitis dishidrosis belum diketahui dan diduga bersifat multifaktorial melibatkan faktor eksogen dan endogen.

Etiopatogenesis
Mekanisme mengenai terjadinya dermatitis dishidrosis sendiri masih belum jelas. Hipotesis paling awal mengemukakan bahwa lesi-lesi vesikel yang timbul pada dermatitis dishidrosis disebabkan oleh ekskresi keringat yang berlebihan (excessive sweating). Namun sekarang hipotesis ini sudah tidak digunakan lagi karena lesi-lesi vesikular yang timbul pada dermatitis dishidrosis tidak berkaitan dengan saluran kelenjar keringat. Walaupun demikian, hiperhidrosis (keringat berlebihan) merupakan salah satu tanda yang terlihat secara khas pada 40% penderita dermatitis dishidrosis (istilah dishidrosis datang dari gejala berkeringat banyak/salah berkeringat).
Dermatitis dishidrosis dikaitkan dengan riwayat atopia, di mana sekitar 50% penderita dermatitis dishidrosis juga menderita dermatisis atopik.
Faktor-faktor eksogen seperti :
(1) kontak terhadap nikel, balsam, kobalt, 
(2) sensitivitas terhadap besi yang teringesti, 
(3) infeksi oleh dermatofita dan 
(4) infeksi bakteri 
Antigen-antigen ini dapat bertidak sebagai hapten dengan afinitas spesifik terhadap protein di stratum lucidum daerah palmar dan plantar. Ingesti ion metal seperti kobalt akan menginduksi hipersensitivitas tipe 1 dan 4, serta mengaktivasi limfosit T melalui jalur independen antigen leukosit. Pengikatan hapten tersebut terhadap reseptor jaringan dapat menginisiasi munculnya vesikel-vesikel di daerah palmar/plantar.
Faktor lain, seperti stres emosional dan faktor lingkungan (pergantian musim, temperatur dan kelembaban) juga dapat memperburuk dermatitis dishidrosis.Pemberian imunoglobulin intravena dilaporkan dapat memicu dermatitis dishidrosis (dyshidrotic-like eczematous).
Pada beberapa pasien, infeksi jamur dapat menyebabkan dermatitis dishidrosis di daerah palmar. Sebuah studi mengungkapkan sepertiga kasus dermatitis dishidrosis dapat diatasi setelah penanganan untuk penyakit tinea pedis (kutu air), suatu penyakit di sela jari dan telapak kaki akibat infeksi jamur.

Gambaran klinis
Gelembung (vesikel) kecil dengan karakteristik sebagai berikut::

  • vesikel  yang sangat kecil (diameter 3 mm atau kurang) yang muncul di ujung dan sisi jari jari tangan dan kaki serta telapak tanga.
  • vesikel yang opak dan dalam, yang rata dengan kulit atau sedikit lebih tinggi dan tidak mudah pecah. Akhirnya, gelembung kecil bersatu dan membentuk gelembung besar (bula).
  • vesikel mungkin gatal, nyeri, atau tidak ada gejala sama sekali dan memburuk setelah kontak dengan sabun, air, atau zat iritan.
  • vesikel akan pecah saat digaruk , mengeluarkan cairan di dalamnya, dan akhirnya muncul krusta dan fisura (retak). Retak kulit itu sangat nyeri dan menimbulkan gangguan kosmetik dan sering membutuhkan waktu berminggu minggu bahkan berbulan bulan untuk menyembuhkannyam. Kulit akan tampak kering dan bersisik selama periode ini.
  • Cairan dari vesikel adalah serum yang terakumulasi antara sel-sel kulit yang teriritasi bukan keringat seperti yang diperkirakan sebelumnya.
  • Dalam beberapa kasus, seperti lepuh yang terdapat di telapak atau jari dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening . Hal ini ditandai dengan rasa kesemutan di lengan bawah dan benjolan muncul diketiak.
  • Kuku pada jari tangan dan jari kaki yang terkena, dapat mengalami kelainan.
Beberapa faktor yang digali dari anamnesis dapat terkait dengan dermatitis dishidrosis, antara lain stress emosional, riwayat atopik diri sendiri atau keluarga, pajanan terhadap antigen tertentu (seperti kobalt, nikel, balsam, krom, dll), riwayat pengobatan dengan terapi imunoglobulin intravena, atau riwayat penyakit HIV.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang ditemukan, kultur bakteri dan sensitivitas, uji tempel, dan histopatologi (adanya spongiosis disertai infiltrasi limfosit dan/atau bula/vesikel intraepidermal). Diagnosis banding antara lain pemfigus bulosa, dermatitis kontak, epidermolisis bulosa.


Tatalaksana
Dishidrosis masih merupakan tipe eksim sehingga pengobatan umumnya dilakukan dengan steroid topikal. Terapi lain adalah dengan hidrogen peroksida (35% kekuatan) dan larutan PK. Namun penggunaannya harus hati-hati di bawah pengawasan dokter oleh karena efek samping yang dapat ditimbulkan berupa rasa terbakar dan gatal. Terapi paling mendasar yang dapat anda lakukan adalah menjaga daya tahan tubuh . Beberapa tips yang dapat anda terapkan antara lain:
  1. Gunakan pelembab untuk mencegah kulit kering dan gatal
  2. Manajemen stres
  3. Hindari menggaruk karena justru akan memperburuk dishidrosisnya. Untuk mengurangi gatalnya Anda dapat membasuh atau merendam tangan dan kaki Anda dalam air dingin.
  4. Buka kaus kaki dan sepatu setiap ada kesempatan untuk mengalirkan uap keringat
  5. Hindari penggunaan shampoo dan sabun yang berbahan keras
  6. Hindari nikel jika Anda alergi terhadapnya. Sumber nikel antara lain beberapa jenis makanan, perhiasan, bra, dsb.
  7. Hindari produk kulit yang mengandung alkohol karena dapat mengiritasi kulit.
  8. Gunakan alas kaki dari bahan kulit daripada karet
  9. Gunakan kaus kaki yang terbuat dari katun dibandingkan bahan sintetik
Foto-foto Dishidrosis dermatitis



sumber :
http://en.wikipedia.org/wiki/Dyshidrosis 
http://emedicine.medscape.com/article/1122527-overview
http://emedicine.medscape.com/article/1122527-diagnosis

1 komentar:

Anonim mengatakan...

like

Posting Komentar


following

Diberdayakan oleh Blogger.