Belajar anatomi lebih menarik dengan Google body browser (3D)

Sabtu, 18 Desember 2010

| 0 komentar
dikutip dari Antara news:

Google kini mengembangkan sebuah browser baru yang mampu memetakan keseluruhan tubuh manusia yang disebut  Google Body Browser,  aplikasi 3D berteknologi tinggi sebagai terobosan dalam penelitian anatomi.

Gadget itu, belum secara resmi di luncurkan, memungkinkan anda mengeksplorasi tubuh manusia, mirip dengan cara kita bernavigasi dengan Google Earth.

Google Body Browser juga  mendorong pengenalan teknologi baru internet yang disebut WebGL, yang memungkinkan grafik kompleks 3D digunakan dalam halaman web normal, tanpa harus secra khusus mengadaptasi plug in browser seperti flash atau java.

Dalam video itu, browser digunakan untuk memeriksa tubuh manusia dan mengenali organ, tulang dan kelompok otot.
Tubuh di Google Body bisa diputar, di manipulasi dan ditunjukkan hingga tulang guna mengetahui bagaimana fungsi dan terhubungnya tulang.

Menjelang versi resminya,  Google meluncurkan versi lain yang tersedia dalam webGL- yang mendukung browser atau firefox beta version dan Google Chrome, yang dapat diunduh dari situs Google body browser  (http://bodybrowser.googlelabs.com).

untuk dapat menggunakan google body browser, browser yang kita gunakan harus telah mendukung teknologi webGL, silahkan download disini :
Firefox beta version : http://www.mozilla.com/en-US/firefox/all-beta.html
Build Google chrome canary : http://tools.google.com/dlpage/chromesxs




Prehospital Care pada pasien trauma

Senin, 06 Desember 2010

| 0 komentar

Apakah pasien ditemukan pertama kali dilapangan, disamping jalan atau di instalasi emergency atau rumah sakit, prinsip dasar penanganan pertama adalah sama :
1.      Apakah korban bernafas? Jika tidak, perbaiki airway dan lakukan mouth to mouth ventilation.
2.      Apakah ada nadi/denyut jantung? Jika tidak, lakukan kompresi jantung luar.
3.      Apakah ada luka luar ? jika iya, elevasi bagian itu jika mungkin dan berikan tekanan yang cukup pada luka untuk menghentikan perdarahannya.
4.      Apakah ada kecurigaan cedera tulang belakang? Jika iya lindungi leher dan tulang belakang sebelum pasien di pindahkan.
5.      Bidai jika ada fraktur
Secepat mungkin langkah langkah ini dilakukan, pasien dapat dirujuk dengan aman.
Tatalaksana jalan nafas                                                                                     
Tatalaksana yang paling penting yang dapat diberikan sebelum sampai ke rumah sakit adalah tatalaksana jalan nafas. Jika ada kemungkinan cedera spine, lakukan immobilisasi leher sejalan dengan pertolongan jalan nafas.  Tindakan sederhana seperti pembersihan dari debris, memposisikan mandibula dan penggunaan mulut sebagai jalan nafas mungkin perlu dilakukan untuk memastikan ventilasi yang adekuat.  Sering dapat dilakukan dengan manipulasi sederhana mandibula atau penarikan lidah, khususnya pada pasien koma dan semikoma. Setelah mulut dibuka paksa, lidah dapat ditarik dengan jempol danjari telunjuk yang ditutupi dengan saputangan atau kasa. Ujung lidah sebaiknya ditarik maju keluar dari gigi depan. Mandibula juga harus dimanipulasi dengan menarik kedepan  sudut rahang bawah atau memasukkan jempol diantara barisan gigi atas dan bawah dan tarik mandibula pada garis tengahnya, dan tarik maju sampai gigi bawah lebih kedepan dari gigi atas.

Penghisapan (suction) mulut dan faring dapat membersihkannya dari darah, mucus atau muntahan sehingga dapat bernafas normal. Suction berulang mungkin perlu untuk mempertahankan jalan nafas yang adekuat setelah kecelakaan dan selama perjalan ke fasilitas kesehatan. Aspirasi vomitus, penyebab yang sering kematian mendadak harus dapat dicegah. Posisi kepala kearah lateral dan menunduk merupakan posisi terbaik bagi pasien yang kemungkinan akan muntah. Jika gagal nafas, jalan nafas harus paten dan bantuan nafas mulut ke mulut dilakukan jika tidak ada alat bantuan nafas yang lain tidak tersedia. Dalam situasi yang ekstrim, saat saluran nafas atas tersumbat dan benda asing tidak dapat dikeluarkan. Dapat dilakukan life saving dengan memasukkan jarum dengan lubang yang besar atau angiocath (14G) melalui membrane krikotiroid. Personil yang terlatih dapat juga melakukan open cricothyroidotomy jika upaya pembebasan jalan nafas yang lain tidak berhasil. Kapanpun memungkin, setiap pasien dalam kondisi tidak sadar atau syok harus dipasang endotrakeal tube sabagai kontrol pernafasan

Intravenous line                                                                                                
Akses intravena sangat penting untuk resusitasi cairan. Namun, memasang intravenous line dilapangan bisa jadi kontraproduktif karena jumlah cairan yng diberikan selama perjalanan ke rumah sakit sangat jarang bisa mengkompensasi kehilangan darah yang terjadi. Jika terjadi penundaan untuk mendapatkan terapi definitif karena jarak trasnpotasi yang jauh, infus lebih cenderung sangat bermanfaat. Infus ringer laktat merupakan cairan resusitasi kristaloid yang direkomendasikan. Dua kateter ukuran besar 14-16 harus dipasang pada ekstremitas yang tidak cedera dengan infus 2L ringer laktat untuk orang dewasa. Yang ekuivalen dengan 20ml/kgbb bolus untuk anak anak.   

Prehospital Cardiac Arrest                                                                                 
Gagal jantung setelah trauma, jika ini ditemui di tempat kecelakaan, biasanya fatal walaupun penyebabnya seperti obstruksi jalan nafas dapat di identifikasi segera. Jika trauma tumpul sebagai penyebabnya, tingkat keselamatan hamper nihil. Jika penyebabnya trauma penetrasi khususnya luka tusuk angka keselamatan lebih tinggi jika cepat dibawa ke trauma center. Dalam kondisi ini ventilasi mouth to mouth harus segera dilakukan selama rujukan( pejalanan) serta kompresi jantung luar.
Imobilisasi leher, spine dan fraktur                                                                      
Semua pasien dengan trauma tumpul yang luas harus dicurigai terjadi trauma spinal, dan pencegahan harus dilakukan untuk imobilisasi spine dan mencegah  trauma lebih lanjut. Identifikasi dan pembidaian fraktur dan imobilisasi semua bagian yang cedera sebelum dirujuk sangat esensial dalam pertolongan pertama. Penangan yang tidak tepat pada pasien cedera dapat memperburuk atau prolong shock dan memperburuk cedera yang ada melewati batas kemungkinan perbaikan. “Splint’em where they lie!” (lakukan pembidaian ditempat) aturan emergensi untuk fraktur yang hanya ada sedikit pengecualian, ketika harus memindahkan pasien dari bahaya api, ledakan, gas beracun dll. Imobilisasi harus dikerjakan dengan segera dan jangan memperlambat rujukan ke rumah sakit.
sumber : Current Diagnosis and Treatment surgery 12th Ed

Central venous cannulation (kanulasi vena sentral)

| 0 komentar
Teori 
Central venous cannulation adalah menempatkan kateter didalam vena yang langsung menuju jantung. Ada banyak vena central termasuk vena jugularis interna dan eksterna, vena subklavia, femoralis dan antecubital.
Untuk masing masing nya, perlengkapan dasar dan persiapannya sama. Kanulasi vena sentral dilakukan untuk mengakses vena pada TPN(total parenteral nutrition), infuse iritan, vasoaktif dan obat-obat inotropik, pengukuran CVP(central venous pressure), kateterisasi jantung, kateterisasi arteri pulmonal dan hemodialisis/plasmaphoresis.

 keterangan : A : vessel dilator, G : scalpel, C : guide wire, D : tubing
Peralatan
1.       Troli
2.       Set steril dan dook steril (steril drapes)

3.       Sterile gown dan hand schoen steril
4.       Alat jahit contoh : 2/0 silk, jarum jahit
5.       Antiseptic
6.       Local anestesi : lidokain 1% kira-kira 5 ml
7.       Seldinger central venous line kit.
8.       Jarum ukuran 21 dan ukuran 25 
keterangan : A : syringe dengan jarum ukuran 25/26, B : jarum ukuran 22, D : jarum ukuran 18
9.       Saline atau heparinized saline
10.   Kasa steril
11.   Ultrasound

Prosedur pada vena jugularis interna


  1. Perkenalkan diri, pastikan identitas pasien, terangkan prosedur dan dan verbal consent
  2. Ingat, ini dapat menjadi tindakan yang menakutkan. Menjelaskan dan menenangkan pasien harus dilakukan sebelum dan selama tindakan.
  3. Pasang steril gown dan sarung tangan steril
  4. Buka semua peralatan
  5. Pastikan jarumnya tidak tersumbat. Sambungkan 3-way kesemua port kateter. Siram semua lumennya/lubang dengan saline/heparinized saline
  6. Pasien diletakkan dalam posisi supine
  7. Biasanya lebih mudah dilakukan dalam posisi bed miring untuk mempebesar vena vena leher dan menurunkan resiko emboli udara
  8. Tolehkan kepala kearah berlawan dengan tempat dilakukan tindakan
  9. Bersihkan kulit dengan antiseptic dan tutup dengan dook steril
  10. Berdiri di posisi kepala tempat tidur
  11. Cari kartilago cricoids dan palpasi arteri karotis disebelah lateralnya
  12. Tempat insersinya kira kira 1/3 bagian atas dari sternocleidomastoid (1/3 of the way up the sternocleidomastoid, just between its 2 heads).
  13. Lakukan anestesi local setelah tempat ditentukan
  14. Infiltrasi kulit dan jaringan yang lebih dalam  
  15. Masukkan jarum (large caliber introducer needle), yang terpasang pada syringe kosong, kebagian tengah dari segitiga yang terbentuk oleh dua ujung bawah otot sternokleidomastoid (2 lower heads of the sternocleidomastoid muscle) dan klavikula.
  16. Jari tetap meraba arteri karotis dan pastikan jarum masuk pada kulit dilateral dari arteri.
  17. Vena jugularis interna biasanya 2-3 cm dari kulit
  18. Tusukkan sekalian lakukan aspirasi. Saat terlihat darah, kanulasi vena menggunakan teknik seldinger
  19. Lakukan chest X ray untuk memastikan posisi kateter yang benar untuk menghindari pneumotorak

Prosedur pada vena subklavia
  1. Perkenalkan diri, pastikan identitas pasien, terangkan prosedur dan dapatkan verbal consent
  2. Posisi pasien supinasi dan menunduk
  3. Tolehkan kepala kearah kontralateral
  4. Tindakan full asepsis
  5. Masukkan jarum degan syringe 10ml, 1cm dibawah pertemuan dari 1/3 medial dan 2/3 lateral klavikula
  6. Tusukkan jarum dengan posisi kemedial, sedikit kearah kepala dan dibelakang klavikula kearah cekungan suprasternal
  7. Pelan pelan dimajukan sambil di aspirasi
  8. Ketika kelihatan aliran darah dilanjutkan dengan pendekatan teknik seldinger.
  9. Lakukan rontgen torak untuk memastikan posisinya
VIDEO PEMASANGAN CENTRAL VENOUS CANNULATION
melalui vena jugularis interna (video 1) vena subclavia (video 2)





    Abdominal pain (Nyeri Abdomen)

    Jumat, 03 Desember 2010

    | 0 komentar
    Seperti nyeri pada region yang lainnya, nyeri abdomen muncul dengan berbagai cara dan mempunyai banyak penyebab yang berbeda. Kita harus menentukan letaknya, radiasi, keparahan, karakter, frekuensi, durasi, faktor pemicu dan yang mengurangi gejala dan gejala lain yang berhubungan.
    Letak / lokasi
    Seperti kebanyakan organ, nyeri pada abdomen tidak dapat dirasakan secara langsung, nyeri dipancarkan(dialihkan) kedinding abdomen sesuai dengan asal embriologi organ tsb.(nyeri viseral)

    Nyeri visceral dimediasi terutama oleh serat aferen C pada dinding lumen organ visceral dan pada kapsul solid organ. Tidak seperti nyeri kutaneus nyeri visceral dielisitasi oleh distensi, inflamasi atau iskemik yang merangsang reseptor neuron atau keterlibatan langsung saraf sensoris ( infiltrasi keganasan)
    -     Minta pasien untuk menunjukkan lokasi nyeri. Mereka akan kesusahan yang mengindikasikan bahwa area nyeri yang luas. Dalam keadaan ini minta pasien untuk menggunakan satu jari dan tunjuk daerah dengan intensitas nyeri yang maksimum.
    Lokasi nyeri perut dan asal embriologi nya
    -          Epigastrik : Foregut (lambung, duodenum, hati, pancreas, empedu)
    -          Periumbilikal : Midgut ( usus halus dan usus besar termasuk apendiks)
    -          Suprapubik : Hindgut ( rectum dan organ urogenital)

    Nyeri yang sangat terlokalisasi dapat berasal dari peritoneum parietal(nyeri somatik). 
    Nyeri parietal di mediasi oleh serat saraf delta C dan A, yang bertanggung jawab atas tranmisi nyeri yang sangat akut, tajam, sensasi nyeri yang lebih terlokalisir. Iritasi langsung inervasi somatic peritoneum parietal (khususnya bagian atas dan anterior) oleh pus, urine atau secret gastrointestinal mengarahkan ke keadaan nyeri yang sangat terlokalisir
    Contoh : apendiksitis dapat berawal sebagai nyeri umbilical (referred pain) lalu berpindah ke fossa iliaka kanan sejalan dengan penyebaran inflamasi ke peritoneum yang menutupi apendiks


    Table. Sensory Levels Associated with Visceral Structures.
    Structures
    Nervous System Pathways
    Sensory Level
    Liver, spleen, and central part of diaphragm
    Phrenic nerve
    C3–5
    Peripheral diaphragm, stomach, pancreas, gallbladder, and small bowel
    Celiac plexus and greater splanchnic nerve
    T6–9
    Appendix, colon, and pelvic viscera
    Mesenteric plexus and lesser splanchnic nerve
    T10–11
    Sigmoid colon, rectum, kidney, ureters, and testes
    Lowest splanchnic nerve
    T11–L1
    Bladder and rectosigmoid
    Hypogastric plexus
    S2–4

    Radiasi
    Tanyakan ke pasien apakah dia merasakan nyeri pada tempat lain atau terdapat jenis nyeri yang lain ( yang mungkin tidak berhubungan dengan radiasi nyeri abdomennya) . beberapa contoh :
    -          Scapula kanan : kantong empedu
    -          Ujung bahu : iritasi diafagma
    -          Pertengahan punggung : pankreas

    Karakter
    -          Nyeri kolik : merupakan nyeri yang hilang timbul (comes and goes in waves) yang menunjukkan suatu obstruksi organ berongga (lumen), organ yang berdinding otot (usus, empedu, duktus biliaris, ureter)
    -          Burning : biasanya mengindikasikan karena pengaruh asam dan berhubungan dengan lambung, duodenum atau bagian distal esofagus

    Beberapa karakter nyeri :
    • Kolik renal : nyeri kolik pada renal angle, yang nyeri bila ditekan, menjalar ke panggul/skrotum/labia. Khasnya  pasien tidak dapat menemukan posisi yang dapat mengurangi nyeri
    • Nyeri kandung kemih : nyeri difus yang hebat di regio suprapubik.
    • Nyeri prostat : nyeri tumpul yang dirasakan di lower abdomen, rectum, perineum atau paha anterior
    • Nyeri uretra : sangat bervariasi mulai dari ketidaknyamanan hingga nyeri tajam yang hebat yang dirasakan pada ujung akhir uretra (ujung penis pada pria) dan semakin nyeri saat miksi. Bisa sangat parah sehingga pasien akan berusaha menahan kencingnya yang dapat menimbulkan masalah baru !!!!
    • Obstruksi usus halus : nyeri kolik sentral yang berhubungan dengan muntah, distensi dan konstipasi
    • Nyeri kolon : kadang kadang nyeri dapat berkurang sementara oleh defekasi atau flatus
    • Iskemik usus : tumpul, hebat, tetap/konstan, nyeri abdomen kuadran kanan atas/sentral yang meningkat saat makan
    • Nyeri kantung empedu : hebat, tetap/konstan, nyeri kuadran kanan atas/ epigastrik dan sering memburuk setelah makan makanan yang berlemak (fatty foods)
    • Nyeri pancreas : epigastrium, menjalar ke punggung, membaik saat duduk dan posisi condong kedepan.
    • Nyeri ulkus peptic : tumpul, nyeri terbakar (burning) di epigastrium. Khasnya episode malam, membangunkan pasien dari tidur. Diperparah oleh makan dan kadang kadanga dikurangi dengan minum susu atau antasida.
    Gejala lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen
    Anorexia, nausea dan muntah, konstipasi atau diare sering menyertai nyeri abdomen, tetapi bukan merupakan gejala yang spesifik sehingga tidak memiliki nilai diagnostic yang tinggi
    MUNTAH
    Saat distimulasi oleh serat aferen visceral sekunder, the medullary vomiting centers mengaktivasi serat eferen yang menginduksi reflex muntah. Oleh karena itu, nyeri abdomen akut (acute surgical abdomen) biasanya terdapat muntah yang juga berlaku sebaliknya .
    KONSTIPASI
    Reflex ileus sering diinduksi oleh serat aferen visceral yang merangsang serat eferen saraf simpatis(splanchnic nerves) untuk menurunkan peristaltic usus. Konstipasi merupakan indicator absolute obstruksi usus. Namun obstipasi (tidak adanya pasase feses dan flatus) diperkirakan kuat sebagai obstruksi usus mekanik jika ada distensi abdomen dengan nyeri yang progresif atau muntah yang berulang.
    DIARE
    Watery diare yang banyak merupakan karakterisktik dari gastroenteritis dan penyebab lain akut abdomen. Diare berdarah diperkirakan colitis ulseratif, crohn disease, basilar atau disentri amuba.
    GEJALA SPESIFIK LAINNYA
    Yang sangat membantu jika ditemukan. Ikterik menunjukkan kelainan hepatobiliar, hematoskezia atau hematemesis : lesi gastroduodenal atau Mallory-weiss sindrom, hematuria : kolik ureter atau cystitis. Ditemukan bekuan darah atau debris dari nekrosis mukosa dapat sebagai bukti iskemia usus lanjut.

    Riwayat lain yang relevan
    Riwayat gynekologis
    Riwayat menstruasi cukup penting untuk mendukung diagnose kehamilan ektopik, mittelschmer ( rupture folikel ovarium) dan endometriosis. Riwayat vaginal discharge atau dismenorea menunjukkan pelvic inflammatory disease.
    Riwayat obat-obatan
    Antikoagulan terlibat dalam hematoma retroperitoneal dan intramural duodenum dan jejunum, kontrasepsi oral dalam pembentukkan benign hepatic adenoma dan infark vena mesenterium. Kortikosteroid dapat menutupi gejala klinis bahkan peritonitis lanjut.
    Riwayat keluarga
    Riwayat perjalanan
    Dapat meningkatkan resiko abses hati amoeba atau hydatid cyst, malarial spleen, tuberculosis, salmonella typhi infeksi pada area ileosaecal atau disentri
    Riwayat operasi
    Riwayat operasi sebelumnya pada abdomen, vascular, thorak atau groin mungkin berhubungan dengan penyakitnya sekarang.



    pemeriksaan fisik

    Table. Steps in Physical Examination of the Acute Abdomen.
    1. Inspection
    2. Auscultation
    3. Cough tenderness
    4. Percussion
    5. Guarding or rigidity
    6. Palpation
      One-finger
      Rebound tenderness
      Deep
    7. Punch tenderness
      Costal area
      Costovertebral area
    8. Special signs
    9. External hernias and male genitalia
    10. Rectal and pelvic examination





    Table. Physical Findings in Various Causes of Acute Abdomen.
    Condition
    Helpful Signs
    Perforated viscus
    Scaphoid, tense abdomen; diminished bowel sounds (late); loss of liver dullness; guarding or rigidity.
    Peritonitis
    Motionless; absent bowel sounds (late); cough and rebound tenderness; guarding or rigidity.
    Inflamed mass or abscess
    Tender mass (abdominal, rectal, or pelvic); punch tenderness; special signs (Murphy's, psoas, or obturator).
    Intestinal obstruction
    Distention; visible peristalsis (late); hyperperistalsis (early) or quiet abdomen (late); diffuse pain without rebound tenderness; hernia or rectal mass (some).
    Paralytic ileus
    Distention; minimal bowel sounds; no localized tenderness.
    Ischemic or strangulated bowel
    Not distended (until late); bowel sounds variable; severe pain but little tenderness; rectal bleeding (some).
    Bleeding
    Pallor, shock; distention; pulsatile (aneurysm) or tender (eg, ectopic pregnancy) mass; rectal bleeding (some).
    sumber : 
    oxford handbook of clinical examination practical skills
    Current Diagnosis And Treatment Surgery 


    video 'abdominal examination'





    .

    Textbooks Orthopedics

    Kamis, 02 Desember 2010

    | 0 komentar

                                                                                                                                   



    judul : Current essentials diagnosis and treatment Orthopedics (lange current)
    editor/pengarang : Harry B. skinner 
    file tipe : pdf ( 1,4 MB)
    penerbit :-

    download link : http://www.mediafire.com/?tt0bmtcw0mo

                                                                                                                                    

    judul : Netter's Orthopedics
    editor/pengarang: Walter B. Greene
    file tipe : chm (62,2 MB)
    penerbit : -









    download link :
    http://ifile.it/p3u746b/203139___netters_orthopaedics_1stedition.rar
    atau
    http://www.filefactory.com/file/13eb0a/n/Netter_s_Orthopaedics_Netter_Clinical

    download Winrar : click here
    penting : untuk file jenis (.chm) jika tidak dapat dibuka setelah download, silahkan gunakan software berikut :
    download Kchmviewer : click here


     

    Cara pemeriksaan Refleks-Refleks Regresi

    Rabu, 24 November 2010

    | 1 komentar
    Bisa timbul pada berbagai penyakit yang menimbulkan gangguan di otak, seperti : demensia, pasca hipoksia serebri, pasca meningoensepalitis dll.
    Pemeriksaan refleks regresi ini dapat dilakukan pada posisi penderita duduk atau berbaring
    Yang termasuk refleks regresi adalah :
    • Grasp refleks : jari telunjuk dan tengah pemeriksa diletakkan pada telapak tangan penderita. Grasp refleks positif bila jari pemeriksa dipegang oleh penderita
    • Suck Refleks : positif bila penderita memonyongkan bibirnya saat bibirnya disentuh oleh sesuatu (kapas, pensil atau benda lain)
    • Snout refleks : otot-otot orbikularis oris akan berkontraksi bila bibir atas atau bawah diketuk
    • Glabela refleks : positif bila setiap kali glabela nya diketuk maka matanya akan terpejam. pada orang sehat pemejaman mata pada pengetukan glabela hanya terjadi 2 atau 3 kali saja (pengetukan glabela dilakukan dari arah kepala penderita bukan dari depan. sehingga tidak menimbulkan positif palsu (refleks ancam)
    • Palmomental refleks : Positif bila goresan pada kulit thenar membangkitkan kontraksi otot mentalis (dagu) ipsilateral
    • Corneomandibular refleks : positif bila penggoresan kornea menimbulkan pemejaman mata ipsi lateral dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral
    • Refleks kaki tonik : positif bila penggoresan pada telapak kaki dapat membangkitkan kontraksi tonik kaki berikut jari-jarinya.

    Kateterisasi uretra

    Jumat, 19 November 2010

    | 0 komentar
    kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter ke dalam buli buli melalui uretra.

    Tujuan Kateterisasi                                                                                              
    Tindakan diagnosis
    1.       Untuk memperoleh contoh urine untuk pemeriksaan kultur pada wanita dewasa
    2.       Untuk mengukur residu (sisa) urine setelah pasien miksi (deteksi BPH)
    3.       Untuk memasukkan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
    4.       Pemeriksaan urodinamik menentukan tekanan intravesika
    5.       Untuk menilai produksi urine

    Tujuan terapi
    1.       Untuk mengeluarkan urine dari buli buli pada keadaan obstruksi infra vesika
    2.       Mengeluarkan urine pada disfungsi buli
    3.       Diversi urine setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah
    4.       Sebagai splint setelah operasi rekonstruksi uretra
    5.       Memasukkan obat obatan intra vesika
    6.       Pemakaian kateter secara bersih mandiri berkala
    7.   Mengeluarkan darah atau endapan (clots)
    Kateter untuk diagnostik dilepas setelah tujuan selesai, untuk terapi dipertahankan sampai tujuan terpenuhi . Biasanya diganti setiap 2-3 minggu. Dewasa normal pemsangan kateter untuk drainase digunakan ukuran 16F-18F

    Kontraindikasi pemasangan kateter                                                                    
    Trauma pada uretra atau dicurigai,  tandanya : ada darah di meatus uretra eksterna, gross hematuria atau perineal hematoma

    Cara pemasangan Kateter                                                                                   
    Bahan dan Alat
    1.       Sabun cuci tangan
    2.       Sarung tangan (hand schoen) steril
    3.       Betadine
    4.       Doek steril
    5.       Kateter
    6.       Jelly
    7.       Spuit 10 cc
    8.       NaCl 0,9 % atau aqua steril
    9.       Urine bag
    Prosedur
    1.       Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir
    2.       Operator memakai hand schoen secara aseptik
    3.       Lakukan disinfeksi secukupnya dengan memakai bahan anti septik yang tidak menimbulkan iritasi pada kulit genitalia
    4.       Lalu sekitar genitalia ditutupi dengan doek steril
    5.       Kateter yang telah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya laulu dimasukkan kedalam orifisium uretra eksterna
    6.       Pelan-pelan kateter didorong masuk, kira-kira didaerah bulbomembranacea (sfingter uretra eksterna) akan terasa ada tahanan, dalam hal ini pasien disuruh untuk nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna jadi rilaks.
    7.       Kemudian kateter terus didorong masuk ke vesika urinaria ditandai dengan kelaurnya urine dari lobang kateter
    8.       Sebaiknya kateter terus didorong sampai percabangan kateter menyentuh meatus uretra eksterna
    9.       Balon kateter dikembangkan dengan 10-15cc cairan NaCl 0,9% atau aqua steril (biasanya 15cc)
    10.   Jika kateter menetap (tujuan terapi ) dihubungkan dengan urine bag
    Prosedur diatas adalah untuk pria pada wanita biasanya jarnag dijumpai kesulitan karena uretranya lebih pendek. Biasanya kesulitan mencari meatus uretra, kadang karena stenosis pada muara uretra. Untuk kondisi ini sebelum pemasangan kateter dilakukan dilatasi dahulu dengan bougie


    Bila terjadi kesulitan pemasangan karena ketegangan spingter eksterna pasien karena pasien kesakitan atau ketakutan dapat di atasi dengan :
    1.       Menekan tempat tertahan tadi dengan ujung kateter kira kira beberapa menit sampai terjadi relaksasi sfingter.
    2.       Pemberian anantesi topikal berupa campuran lidokain hidroklorida 2% dengan jelly 10-20 cc, dimasukkan peruretra sebelum melakukan kateterisasi
    3.       Pemberian sedatif parenteral sebelum kateterisasi

    Video pemasangan kateter                                                                                 













    following

    Diberdayakan oleh Blogger.