Teknik Pemeriksaan Tekanan Intra Okular

Jumat, 04 Februari 2011

| 5 komentar

Tonometri digital palpasi
Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa
Alat : jari telunjuk kedua tangan pemeriksa
Teknik :
  • Mata ditutup
  • Pandangan kedua mata menghadap kebawah
  • Jari-jari yang lain bersandar pada dahi dan pipi pasien
  • Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea bergantian
  • Satu telunjuk mengimbangi saat telunjuk lain menekan bola mata
Nilai : didapat kesan berapa ringannya bola mata ditekan
Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut : N : normal, N+1 : agak tinggi, N+2 : lebih tinggi lagi, N-1 : lebih rendah dari normal dst.
Keuntungan :
cari ini sangat baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit
Kekurangan :
cari ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif

Tonometri Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata kedalam dan mendapatkan perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung beban tonometer.
Alat dan Bahan : Tonometer Schiotz dan anestesi local (pantokain 0.5%)
Teknik :
  • Pasien diminta rileks dan tidur telentang
  • Mata diteteskan pantokain dan ditunggu sampai pasien tidak merasa perih
  • Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan sampai bola mata tertekan
  • Pasien diminta melihat lurus keatas dan telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan kornea tanpa menekannya
  • Baca nilai tekanan skala busur schiotz yang berantara 0-15. Apabila dengan beban 5.5 gr (beban standar) terbaca kurang dari 3 maka ditambahkan beban 7.5 atau 10 gr.
Nilai : pembacaan skala dikonversikan pada table tonometer schoitz untuk mengetahui tekanan bola mata dalam mmHg
Pada tekanan lebih dari 20mmHg dicurigai glaucoma, jika lebih dari 25 mmHg pasien menderita glaucoma.
Angka skala
Tekanan bola mata (mmHg) berdasarkan masing masing beban
5.5 gr
7.5 gr
10 gr
3.0
24.4
35.8
50.6
3.5
22.4
33.0
46.9
4.0
20.6
30.4
43.4
4.5
18.9
28.0
40.2
5.0
17.3
25.8
37.2
5.5
15.9
23.8
34.4
6.0
14.6
21.9
31.8
6.5
13.4
20.1
29.4
7.0
12.2
18.5
27.2
7.5
11.2
17.0
25.1
8.0
10.2
15.6
23.1
8.5
9.4
14.3
21.3
9.0
8.5
13.1
19.6
9.5
7.8
12.0
18.0
10.0
7.1
10.9
16.5
Kekurangan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada penderita myopia dan penyakit tiroid dibanding dengan tonometer aplanasi karena terdapat pengaruh kekakuan sclera pada penderita myopia dan tiroid.



Tonometri aplanasi

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tekanan intra ocular dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan kornea.
Tekanan merupakan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan. Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang diberikan. Pada tonometer Aplanasi Goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali 10 dikonversi dalam mmHg tekanan bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera karena pada tonometer ini pengembangan dalam mata 0.5 mm 3 sehingga tidak terjadi pengembangan sclera yang berarti. Pada tonometer schiotz , pergerakan cairan bola mata sebanyak 7-14 mm3 sehingga kekakuan sclera memegang peranan dalam penghitungan tekanan bola mata
Alat :
  • Slit lamp dengan sinar biru
  • Tonometer Aplanasi
  • Flouresein strip
  • Obat anastesi local
Teknik :
  • Mata yang akan diperiksa diberi anastesi topical pantocain 0.5%
  • Pada mata tersebut ditempelkan kertas flouresein yaitu pada daerah limbus inferior. Sinar oblik warna biru disinarkan dari slit lamp kedasar telapak prisma tonometer Aplanasi Goldmann
  • Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada slitlamp dan dahinya tepat dipenyangganya.
  • Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10mmHg
  • Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan lahan
  • Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran pada kornea yang telah diberi flouresein terlihat bagian luar berhimpit dengan bagian dalam
  • Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang member gambaran setengah lingkaran yang berhimpit. Tekanan tersebut merupakan TIO dalam mmHg.

Nilai : dengan tonometer Aplanasi, jika TIO > 20 mmHg sudah dianggap menderita glaucoma.





Textbooks Ophthalmology

Kamis, 03 Februari 2011

| 2 komentar
judul : Vaughan & Asbury's General Ophthalmology
editor/pengarang :
file tipe : 26.6 MB rar
penerbit : 
 




download link :
http://hotfile.com/dl/77024968/bba8a29/GENERAL_OPHTHALMOLOGY.part1.rar.html
http://hotfile.com/dl/77026898/8d294ce/GENERAL_OPHTHALMOLOGY.part2.rar.html
(gunakan winrar untuk menggabungkan nya)
download Winrarclick here


kedua 

judul : Clicinal Procedures in Primary Eye Care
editor/pengarang :David B. Elliott
file tipe : 9 MB rar
penerbit :
download link :
http://www.filefactory.com/file/a1a0813/n/0750688963_rar
download Winrarclick here




ketiga

judul : Ophthalmology : A Short Textbook
editor/pengarang :  Gerhard K. Lang
file tipe : 18 MB rar
penerbit : Thieme








download link : berurutan part 1-4
http://www.mediafire.com/?rgndxg0mnqr
http://www.mediafire.com/?xbgwpmny2mj
http://www.mediafire.com/?5jmyt1yklwn
http://www.mediafire.com/?13vuwjtmx0c
(gunakan winrar untuk menggabungkan nya)
download Winrarclick here

keempat

judul : Comprehensive Ophthalmology
editor/pengarang : A.K Khurana
file type : 17 MB pdf
download link : click here

Prosedur Pemberian Oksigen pada Pasien

| 0 komentar

Merupakan tindakan pemberian oksigen saat terganggunya oksigenasi jaringan. Tujuannya untuk mendapatkan oksigenasi yang adekuat sekalian meminimalkan kerja kardiopulmonal.
Oksigen merupakan obat bila sesuai dosis,juga mempunnyai efek samping. Namun bila diberikan dengan benar akan dapat membantu life saving.
Kapan diberikan?
  • Hipoksia jaringan sangat sulit untuk diketahui, dengan manifestasi klinik yang tidak spesifik termasuk perubahan status mental, dispnea, sianosis, takipnea, aritmia dan koma.
  • Untuk menatalaksana hipoksia jaringan harus dulu memperbaiki hipoksemia arteri ( pada kelainan kardiopulmonal ; emboli paru, pneumonia, asma), atau kelainan dalam transport (anemia, low cardiac output) dan berbagai penyakit penyerta lain
  •  Ingat!!! SaO2/PaO2 dapat saja normal jika hipoksia jaringan disebabkan oleh keadaan low cardiac output.
Prosedur
-          Terangkan apa yang terjadi kepada pasien dan minta izin melakukan tindakan
-          Tentukan oxygen delivery device yang tepat
-          Tentukan dosis initial
o   Gagal nafas atau gagal jantung : 100 %
o   Hipoksemia dengan PaCO2 < 5.3 kPa : 40-60%
o   Hipoksemia dengan PaCO2 > 5.3 kPa : 24 % untuk dosis awal
-          Tentukan level SaO2 atau PaO2 yang diinginkan lalu sesuaikan pemberian oksigen
-          Selalu pantau SaO2 dan atau ulangi pemeriksaan PaO2 dalam 30 menit
-          Jika hipoksemia berlanjut, pasien mungkin akan membutuhkan alat bantu pernafasan baik invasive maupun non invasive
-          Hentikan pemberian oksigen jika hipoksia jaringan atau hipoksemia telah teratasi.

Oxygen administration equipment
Metode pemberian akan tergantung pada tipe dan keparahan kegagalan pernafasan, breathing pattern, frekwensi nafas, resiko terjadi retensi CO2 , serta kebutuhan akan kepatuhan pasien.

Nasal cannule
Pemberian oksigen langsung melalui nasal prongs
-          Dapat digunakan untuk jangka panjang
-          Mencegah rebreathing
-          Dapat digunakan selama makan dan berbicara
Iritasi lokal, dermatitis dan perdarahan hidung dapat terjadi dan volume pemberian diatas 4l/min tidak boleh diberikan secara rutin.
Low flow oxygen masks
Konsentrasi oksigen yang terhirup tergantung dari kemampuan pernafasan pasien. Dapat terjadi rebreathing udara yang diekspirasikan( karena tidak keluar secara sempurna dari sungkupnya)

Fixed performance masks
Dapat memberikan konsentrasi oksigen yang konstan, tidak tergantung pada kemampuan pernafasan pasien.

Partial and non-rebreathe masks
Mempunyai semacam kantong reservoir yang diisi penuh dengan oksigen murni dan yang mengandalkan system katup sehingga tidak terjadi percampuran antara oksigen dengan udara yang diekspirasikan.

High-flow oxygen
Sungkup (Mask) atau nasal prong yang mengalirkan oksigen 50-120 L/min menggunakan high flow regulator untuk memasukkan udara dan oksigen dalam konsentrasi yang ditentukan. 



following

Diberdayakan oleh Blogger.