Anatomi,Fisiologi dan Farmakologi Sistem Saraf Otonom

Sabtu, 23 Oktober 2010

|
Sistem otonom ini dibagi menjadi  sistem simpatis dan  parasimpatis secara anatomi, fungsional, dan alasan farmakologis yang luas. 
Secara anatomis, sistem saraf simpatik memiliki motor cell station di substansia gresia lateral torakalis dan dua segmen teratas lumbal dari sumsum tulang belakang. Sistem parasimpatis berjalan sepanjang saraf kranial III, VII, IX dan X, dan sakral outflow, dengan cell station di segmen kedua, ketiga kadang-kadang segmen keempat sakral.
Menurut fungsinya, sistem saraf simpatis berhubungan erat dengan reaksi stress tubuh. ketika saraf ini dirangsang, terjadi pupil dilatasi, konstriksi pembuluh darah perifer, penigkatan pemakaian oksigen dan denyut jantung, dilatasi bronkus, menurunkan aktivitas viseral dengan menghambat peristaltik dan peningkatan kekuatan sfingter, proses glikogenolisis dihati, menstimulasi medula supradrenal dan berkeringat dan piloereksi. saraf simpatik pelvis menghambat kontraksi vesika urinaria .
Aliran darah koroner meningkat, sebagian disebabkan oleh efek langsung simpatis dan sebagian disebabkan oleh faktor tidak langsung yang termasuk kontraksi jantung yang kuat, menurunnya sistole, diastole relatif meningkat dan peningkatan konsentrasi metabolit vasodilator.
Sistem saraf simpatis berefek antagonis terhadap sistem simpatis. perangsangannya menyebabkan konstirksi pupil, penurunan frekwensi, hantaran dan respon rangsangan otot jantung, peningkatan peristaltik usus dengan relaksasi spingter . tambahan pada sistem parasimpatis pelvis menghambat spingter internal vesika urinaria.
sistem saraf simpatis mempunyai efek yang luas, menstimulasi banyak organ yang menimbulkan respon yang bervariasi. berbanding terbalik dengan aktivitas parasimpatis yang biasanya tidak menyeluruh dan terlokalisir. perbedaan ini dapat dijelaskan, setidaknya sebagian,  oleh perbedaan  secara anatomi yang telah diterngkan sebelumnya.
ssistem saraf perifer dapat bekerja secara sinergis contohnya reflek penurunan detak jantung sebagian disebabkan oleh rangsangan vagal dan sebagian karena penurunan rangsangan simpatis. beberapa organ mendapat inervasi otonom hanya dari satu sistem contohnya medulla supradrenal dan arteriol kutan hanya oleh saraf simpatis, sedangkan sekresi lambung neorogenik seluruhnya dikontrol oleh sistem para simpatis melalui saraf vagus

perbandingan efek stimulasi simpatis dan parasimpatis
                                                                                                                                  

Simpatis
Parasimpatis
Mata
Dilatasi pupil
Konstriksi pupil
Kelenjar air mata
Vasokontriktor
Sekretomotor
Jantung
Peningkatan frekwensi
Hantaran
Eksitabilitas
Menurunkan
Paru
Dilatasi bronkus
Kontriksi, sekretomotor mukus
Kulit
Vasokontriksi, pilo ereksi, sekretomotor kelenjar keringat

Kelenjar saliva
Vasokonstriktor
Sekretomotor
GIT
Menghambat peristaltic
Menigkatkan peristaltic, sfingter relax
Asam lambung

Sekretomotor
Pancreas

Sekretomotor
Hati
Glikogenolisis

Suprarenal
Sekretomotor

Vesika urinaria
Menghambat detrusor, stimulasi sfingter
Stimulasi detrusor, menghambat sfingter
Uterus
Kontraksi uterus, vasokonstriksi
vasodilatasi
                                                                                                                             

Secara farmakologi, terminal postganglion simpatis melepaskan adrenalin dan noradrenalin, dengan satu pengecualian pada terminal di kelenjar keringat, secara umum semua terminal postganglion parasimpatis melepaskan asetilkolin

Beberapa contoh obat yang bekerja pada sistem saraf otonom 
Simpatomimetik :
1. Amfetamin
Amfetamin atau Amphetamine atau Alfa-Metil-Fenetilamin atau beta-fenil-isopropilamin, atau benzedrin, adalah obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif karena kurang perhatian atau Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)  pada pasien dewasa dan anak-anak. Juga digunakan untuk mengobati gejala-gejala luka-luka traumatik pada otak dan gejala mengantuk pada siang hari pada kasus narkolepsi dan sindrom kelelahan kronis
2. Efedrin
Efedrina (En: Ephedrine; EPH) adalah simpatomimetic amine yang umumnya dipakai sebagai stimulan, penekan nafsu makan, obat pembantu berkonsentrasi, pereda hidung tersumbat dan untuk merawat hypotensi yang berhubungan dengan anaesthesia. Efedrina mempunyai struktur yang sama dengan turunan sintetis amphetamine dan methamphetamine. Secara kimia, senyawa ini adalah alkaloid yang diturunkan dari berbagai tumbuhan bergenus Ephedra (keluarga Ephedraceae). Bahan ini secara umum dipasarkan dalam bentuk hidroclorida dan sulfat

Simpatolitik
1. Propanolol
Propranolol adalah non-selektif beta blocker terutama digunakan dalam pengobatan hipertensi . Merupakan blocker beta pertama yang berhasil dikembangkan. Propranolol tersedia dalam bentuk generik sebagai propranolol hidroklorida.

Parasimpatomimetik
1. Neostigmin
Neostigmin merupakan antikolinesterase yang digunakan untuk relaksasi  otot sampai relaksasi otot non depolarisasi (anastesi). Anti kolinesterase melawan efek obat pelemas otot non depolarisasi (kompetitif) seperti pankuronium, tetapi antikolinesterase memperlama kerja pelemas otot depolarisasi suksometonium. Neostigmin lama kerjanya lebih lama daripada endrofonium. Neostigmin adalah obat spesifik untuk melawan blokade non depolarisasi (kompetitif). Neostigmin bereaksi dalam 1 menit pada injeksi IV dan bertahan selama 20 -30 menit, mungkin diperlukan dosis kedua. Neostigmin juga dikombinasikan dengan atropin untuk mencegah bradikardia dan saliva berlebihan. Miastenia gavis adalah sindroma yang ditandai dengan lemah otot yang berat sehingga menyerupai kelumpuhan otot progresif tanpa gangguan perasaan atau atropi yang dapat menyerang setiap otot, terutama otot kelopak mata, otot tengkuk, otot kunyah, otot pipi dan otot anggota badan. Digunakan untuk mengobati Miastenia gravis ketika obat oral tidak memungkinkan. Distensi sesudah operasi dan retensi urin sesudah penyumbatan mekanik. Memperbaiki efek blok neuromuskulus non depolarisasi sesudah operasi

Parasimpatolitik
1. Atropin
Atropin adalah senyawa alam terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin adalah antagonis reseptor kolinergik yang diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain keluarga Solanaceae. Meringankan  gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan  spasme otot polos (antispasmodic); mydriasis dan cyclopedia pada mata; premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan anestesia inhalasi;   mengembalikan  bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising neuromuscular, antidote untuk keracunan organophosphor ; cardiopulmonary resucitation.

2. Trihexyphenidil
Triheksifenidil adalah antikolinergik yang mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik.



0 komentar:

Posting Komentar


following

Diberdayakan oleh Blogger.