1.1.Definisi :
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thyposa yang secara klinis ditandai dengan demam yang lebih dari 7 hari, disertai gangguan kesadaran dan gangguan saluran cerna.
1.2.Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Salmonella Thyposa yaitu kuman gram negative, motil, tidak menghasilkan spora. Hidup baik pada suhu tubuh manusia dan mati pada suhu tinggi dan antiseptik.
Salmonella Thyposa mempunyai 3 macam antigen yaitu :
- Antigen O = antigen somatik
- Antigen H = antigen flagella
- Antigen Vi = Kapsul
1.3.Epidemiologi
Demam tifoid merupakan penyakit endemik, terutama ditemukan pada negara berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat, insiden tidak berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan.
1.4.Patogenesis dan Patologi
Penularan Salmonella thyposa adalah melalui feco-oral, dibutuhkan sejumlah 105-109 kuman untuk menyebabkan infeksi.
Dimana faktor yang mempengaruhi infeksi adalah :
- PH, kalau PH lambung asam dapat mencegah infeksi
- Waktu pengosongan lambung
Setelah kuman berada dalam usus halus mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus (terutama plaque peyeri) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrosis setempat kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (Bakteremia I) menuju organ retikulo endothelial sistem terutama hati dan limpa. Di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa inkubasi 5-9 hari kuman masuk kembali ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakteremia II) dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi di usus. Dalam masa bakteremia ini kuman mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianya sama dengan somatik antigen (lipopolisakarida), yang semula diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala-gejala demam tifoid.
Kelainan utama terjadi di ilium terminal dan plak peyeri yang hiperplasi (minggu I), nekrosis (minggu II) dan ulserasi (minggu III) serta bila sembuh tanpa adanya jaringan parut. Sifat ulkus berbentuk bulat lonjong sejajar dengan sumbu panjang usus dimana ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan bahkan perforasi.
1.5.Gejala klinis
Masa tunas rata-rata 10-20 hari, gejala biasanya lebih ringan daripada dewasa. Selama masa inkubasi ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan , lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, kadang-kadang penderita mengeluh batuk kering. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
- Demam
Terjadi karena kuman menyerang sistem retikulo endothelial dan septikemia, bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap sore dan malam hari. Dalam minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam, anak besar/dewasa febris continua. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
- Gangguan saluran cerna
Bibir kering, pecah-pecah, nafas berbau tidak sedap, lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar serta disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapati konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan diare, diare karena enterotoksinnya.
- Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak begitu dalam yaitu apati sampai somnolen.
Dapat pula ditemukan gejala-gejala berupa roseola pada punggung dan anggota gerak. Kadang-kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.
1.6.Diagnosis kerja
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dibuat diagnosis ‘observasi demam tifoid’. Untuk memastikan diagnosis perlu dikerjakan pemeriksaan laboratorium sebagi berikut :
- Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis
a. Pemeriksaan darah tepi
Baik pada minggu I (kuman meningkat). Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan eosinofilia pada permulaan sakit. Pada kebanyakan kasus demam tifoid, jumlah leukosit dalam batas normal. Laju endap darah pada umumnya meningkat.
b. Pemeriksaan urine
Proteinuria ringan dapat terjadi karena pengaruh demam.
c. Pemeriksaan tinja
Kelainan pada tinja umumnya tidak menyolok. Adanya lendir dan darah pada tinja merupakan peringatan agar waspada akan bahaya perdarahan usus atau perforasi.
d. Pemeriksaan sum-sum tulang
Tidak rutin dilakukan. Terdapat gambaran sum-sum tulang berupa hiperaktifitas RES dengan adanya sel macrofag, sedangkan sistem eritropoesis, granulopoesis dan trombopoesis berkurang.
- Pemeriksaan laboratorium untuk membuat diagnosis
a. Isolasi bakteri
Pada minggu pertama sakit, kemungkinan mengisolasi S.Typhi dari dalam darah pasien lebih besar dari pada minggu berikutnya. Biakan yang dilakukan pada urin dan feses, kemungkinan keberhasilan lebih kecil. Biakan spesimen yang berasal dari aspirasi sum-sum tulang mempunyai sensitivitas yang tertinggi, hasil positif didapat pada 90% kasus. Akan tetapi prosedur ini sangat invasive, sehingga tidak dipakai dalam praktek sehari-hari. Pada keadaan tertentu dapat dilakukan biakan spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik.
b. Pemeriksaan Widal
Reaksi serologis Ag dan Ab terutama Antigen O. Baik pada minggu II/III, titer yang bernilai 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan yang progressive digunakan untuk membuat diagnosis.
1.7.Diagnosis Banding
Sesuai dengan perjalanan penyakit tifoid maka permulaan sakit harus dibedakan dengan :
- Bronkitis, influenza, bronkopneumonia
Pada stadium selanjutnya harus dibedakan :
- Demam paratifoid, malaria, TBC milier, mielitis, meningitis, bakterial endokarditis, ricketsia.
Pada stadium toksik harus dibedakan :
- Leukemia, limfoma, penyakit Hodgkin.
1.8.Pengobatan
Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi demam tifoid dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
- Perawatan
Penderita perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi serta pengobatan. Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas demam, tetapi tidak harus tirah baring sempurna.
- Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
- Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang dosis 50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek samping : - Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
- Ampisilin
- Amoxicillin
1.9.Komplikasi
Dapat terjadi pada :
- Usus halus, berupa perdarahan usus.
Perdarahan sedikit periksa dengan Benzidin Test
Perforasi banyak pada minggu ke III udara dalam rongga peritonium.
Peritonitis.
- Di luar usus berupa meningitis, kolestitis, enselopati dan bronkopneumonia karena infeksi sekunder.
1.10.Prognosa
Buruk pada :
- Hiperpireksia atau debris kontinua
- Kesadaran sangat menurun
- Terdapat komplikasi yang berat, berupa perdarahan usus, perforasi atau meningitis thyposa.
- Gizi yang buruk
1.11.Pencegahan
Usaha pencegahan dapat dibagi atas :
- Usaha terhadap lingkungan
o Pengadaan sarana air bersih dan pengaturan pembuangan sampah serta peningkatan kesadaran individu terhadap hygiene lingkungan dan pribadi.
- Usaha terhadap Manusia
o Memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi, bakteri Salmonella typhi mati apabila dipanasi dalam suhu 57 oC dalam beberapa menit.
SUMBER
- INFEKSI TROPIK PADA ANAK
- ILMU KESEHATAN ANAK FKUI
- NELSON PEDIATRICS
1 komentar:
terimakasih banyak untuk artikel ini, informasi yang bermanfaat.
http://obattraditional.com/obat-tradisional-penyakit-tipes/
Posting Komentar